Thursday, December 18, 2014
Tuesday, December 9, 2014
Kurikulum 2013 Dibekukan? Yay or Nay?
NYAY!!! lol
Well yeah, my reaction is nyay. I'm seriously at that thin line between satisfaction and disappointment.
.
.
So, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Bapak Anies Baswedan memutuskan untuk 'membekukan' Kurikulum 2013, yaitu kurikulum cetusan Bapak Muhammad Nuh 1,5 tahun yang lalu. Sekolah yang baru menerapkan Kurikulum 2013 selama satu semester kembali menggunakan Kurikulum KTSP 2006, sedangkan sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama 3 semester dibolehkan melanjutkan Kurikulum 2013, namun jika ingin kembali ke Kurikulum KTS 2006, bisa mengajukan ke Kemendikbud.
Kurikulum 2013 sempat menurai berbagai kontroversi karena ketergesaan kurikulum ini untuk diterapkan di seluruh sekolah di seluruh Indonesia. Karena ketergesaan itu menyebabkan pelatihan guru yang belum inetnsif dan maksimal, sarana dan prasarana seperti buku, yang belum terpenuhi, serta kagetnya siswa, guru, dan pihak orangtua karena sosialisasi yang belum merata.
Despite the bad execution, we cannot deny that the idea of this curriculum is terrific. Jika sudah paham apa sebenarnya Kurikulum 2013 ini, kita bisa tahu bahwa kurukulum ini adalah kurikulum yang memandang jauh ke depan. Kurikulum ini ingin menghasilkan anak-anak bangsa yang religius, berinetgritas, terampil, open-minded, serta kritis. Kita tidak lagi menelan rumus, menghafal teori. Namun kita dibimbing untuk membuahkan ide atau kesimpulan di setiap diskusi tentang materi pelajaran. Bukan hanya diberitahu bahwa permen itu terbuat dari gula, tapi merasakan bahwa permen itu manis, dan menyimpulkan bahwa yang manis itu terbuat dari gula, berarti permen terbuat dari gula.
Sekolah saya termasuk yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama 3 semester. Sekolah saya juga merupakan sekolah percontohan Kurikulum 2013 sehingga pelaksanaannya sudah lumayan sesuai. Saya merasakan sendiri perbedaan belajar dengan Kurikulum 2006 dan dengan Kurukulum 2013. Contohnya pada pelajaran matematika. Sebelumnya kami hanya diberitahu rumus-rumus untuk menyelesaikan masalah di soal. Namun, di Kurikulum 2013, kami dibimbing untuk menemukan rumus-rumus tersebut atau paling tidak membuktikan rumus-rumus. Hal ini memakan waktu cukup lama sehingga materi yang bisa diselesaikan dalam 2 pertemuan jadi harus 3 pertemuan. Lalu menjelang UAS karena materi yang belum dibahas masih menumpuk, kami diberi daftar rumus-rumus. Dan reaksi saya dan teman-teman saya: "Bu itu rumus dapet dari mana, Bu?"
Lalu suatu hari kami diberitahu bahwa akan diadakan ulangan harian sejarah, namun gurunya sedang tidak ada, dan ulangan open-book/boleh menggunaka internet. Girang-lah kami, para siswa. Lalu saat soal dibagikan, hanya ada 7 nomor essay. Essay beneran. Contoh soalnya begini: Apa yang kamu ketahui tentang Volksraad? Apa peran Volksraad dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia? Bandingkan dengan dewan rakyat saat ini! Satu nomor setengah halaman. 7 nomor paling melelahkan dalam hidup saya. Soal analisis seperti itu yang membuat saya ngeh "Ini dia Kurukulum 2013-nya". Dan walaupun lelah, saya merasa saya memutar otak saya untuk mengerjakan 7 soal tersebut WALAUPUN open-book. Saya merasa saya belajar, saya berpikir, bukan hanya menjawab dengan jawaban yang 'seharusnya' saya jawab.
Ya, kembali lagi. Saya merasa keputusan Pak Mendikbud ini tepat untuk sekarang. Dengan alasan kurikulum ini belum di evaluasi dan persiapannya kurang mantap, saya rasa membekukan kurukulum ini adalah keputusan yang baik. Dengan menelaah ulang dan kemungkinan memperbaiki kurikulum ini, diharapkan bisa diadakan persiapan yang mantap bila nantinya kurikulum ini akan di unfreeze. (Please just give it a little finishing touches then unfreeze it, Pak. Do not back off. This is a great one, U know it)
Lantas, apakah ketergesaan pemberlakuan Kurikulum 2013 merupakan keputusan yang kurang bijak dari Pak Mohammad Nuh? Well you might think that this is a very unthoughtful decision he made, but, I think he thought deeper. Mungkin beliau sudah tahu bahwa pengganti beliau akan membekukan atau bahkan memberhentikan kurikulum yang ditetapkannya. The thing is, dia mungkin percaya bahwa Kurikulum 2013 sangat baik dan tepat untuk mengubah sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik sehingga penggantian kurikulum ini dianggap sebagai sesuatu yang urgen. Ia ingin kurikulum ini diberlakukan di Indonesa, namun, dengan masa jabatannya yang tinggal 1,5 sampai 2 tahun lagi, ia tahu ia tidak mungkin menerapkannya dengan mulus melewati tahap persiapan, evaluasi, dan sebagainya. Saya rasa penerapan yang dirasa memaksa ini dimaksudkan untuk memberi statement bahwa kurikulum ini penting untuk diterapkan di Indonesia. Sehingga cara yang memungkinkan adalah 'memaksakan' pemberlakuan Kurikulum 2013 itu tersebut agar Mendikbud berikutnya at least notices kurikulum tersebut beserta urgensinya. Maybe the person we dislike the most today, the creator of 2013 Curriculum, is the same person we thank 20 years later, for developing quality-generation
I think the ideas, visions, and missions of the curriculum is very promising. But yes, the execution is pretty bad. The decision to freeze it is very wise, but I do hope Mr. Anies Baswedan will do his magic and unfreeze it with everything prepared and under control. The curriculum is new hope for Indonesia, and I believe in it.
What do you think? Yay or Nay? (or Nyay?)
Subscribe to:
Posts (Atom)