Wednesday, October 29, 2014

HIJAB V.S. AKHLAK

BERHIJAB TAPI BELUM BERAKHLAK MULIA atau BELUM BERHIJAB TAPI BERAKHLAK MULIA?





Saya percaya Islam adalah agama yang indah. Yang senantiasa menuju kepada kebaikan. Semua perintah-perintah dari Allah SWT tentulah mempunyai tujuan yakni untuk kebaikan manusia sendiri. Untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Dan segala kebaikan pasti akan menggiring ke kebaikan-kebaikan lainnya.

 Saya sering membaca beberapa artikel atau pendapat-pendapat orang tentang jilbab dan akhlak manusia. Kebanyakan membandingkan tentang yang sudah berhijab tapi belum berakhlak mulia dengan belum berhijab tapi berakhlak mulia. Saya paling sering menemukan pendapat-pendapat yang intinya: "Kalau mau berhijab jangan cuma menutup aurat saja. Akhlaknya juga harus baik". Namun, setelah itu, muncullah pembelaan-pembelaan dari orang-orang yang rata-rata sudah berhijab: "Hijab dan akhlak itu dua hal yang berbeda. Jangan disamakan". Jujur, karena saya sudah berhijab, saya awalnya juga tidak terima dengan pendapat yang pertama. Saya merasa dituntut terlalu banyak. Usaha menutup aurat saja sudah merupakan sesuatu yang tidak mudah buat saya, eh, dituntut lagi harus berakhlak mulia. Seolah-olah kewajiban berhijab dan kewajiban berakhlak mulia jadi satu paket. Sehingga saya sempat berpegang teguh bahawa hijab dan akhlak adalah dua hal yang berbeda. Namun, beberapa bulan yang lalu, saya sempat berdiskusi dengan ayah saya. Dan hasilnya, percakapan tersebut cukup membuka pikiran saya.

 .
 .
 .

 "Kalau mau berhijab jangan cuma menutup aurat saja. Akhlaknya juga harus baik"

Apakah saya setuju dengan pernyataan tersebut? Jawabannya, ya.
 Dalam konteks ini, sebagai muslim/muslimah, kewajiban kita ada dua, yakni menutup aurat dan berakhlak mulia. Sebutlah ada seorang muslimah yang sudah berhijab namun akhlaknya belum sempurna bernama Flo. Kebiasaan buruk Flo adalah berbicara kasar kepada orang lain, misalnya. Dengan Flo memakai hijab, apakah ia berkewajiban mengubah akhlak buruknya itu? Jawabannya, ia sudah berkewajiban untuk mengubah akhlak buruk tersebut sejak ia mengetahui bawha hal tersebut ialah buruk. Lalu apa gunanya hijab?

 Level 1: Menutup aurat
 Level 2: Menaati perintah Allah SWT untuk menutup aurat
 Level 3: Menaati perintah Allah SWT untuk menutup aurat sehingga (insya Allah) senantiasa terjaga dan terdorong untuk melakukan kebaikan lainnya.

 Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, segala kebaikan pasti akan menggiring ke kebaikan-kebaikan lainnya. Jika niat Flo dalam berhijab sudah sampai level 3, seharusnya Flo pun terdorong untuk menghilangkan akhlak buruknya. Namun, apakah mudah mencapai level 3? Tentu saja tidak. Menahan diri dari godaan untuk tidak menutup aurat saja sudah sulit. Namun hendaklah terus berusaha untuk memupuk niat sehingga dari berhijab dapat menggiring kepada kebaikan lainnya.




 "Agama ya agama. Perilaku ya perilaku. Agama urusan saya dengan tuhan, perilaku urusan saya dengan orang-orang di sekitar saya"


 Islam mengajarkan ada 2 nilai penting, yakni habluminallah dan habluminannas. Hubungan manusia dengan tuhannya dan manusia dengan sesama manusia. Jika habluminallahnya baik tapi habluminannasnya tidak, apakah bisa mendapat surga? Tidak. Jika habluminannasnya baik tapi habluminallahnya tidak, apakah bisa mendapat surga? Tidak juga. Seseorang jika shalat benar-benar, dengat niat lillahi ta'ala, pasti akhlaknya pun akan baik. Jika ada yang sholat tapi masih berbuat curang, berarti shalatnya belum benar. Jadi pastilah, ajaran-ajaran islam jika dilakukan dengan niat yang benar, selain untuk beribadah pada Allah, juga pasti akan menjadikan habluminannas yang baik. Pastilah ajaran-ajaran tersebut mempunyai dampak baik untuk kehidupan umat manusia di dunia. 




 "Berhijab tapi masih berkata kasar, percuma. Mending gak usah berhijab dulu" 


 Berhijab dan belum berhijab kewajibannya sama: Berhenti berkata kasar. Bukan berarti dengan belum berhijab jadi boleh berkata kasar, kan?




 "Kalo gitu mending perbaikin akhlak dulu, baru berhijab"


 Terserah mau mulai dari mana. Yang jelas harus dilakukan dengan niat yang sebenar-benarnya. Dan haruslah setelah melakukan kebaikan yang satu, menuntun ke kebaikan lainnya. Namun, saya akan berikan suatu kasus:

Anda diajak ke club, namun anda menolak karena anda sudah mulai berperilaku baik
Anda diajak ke club, namun anda menolak karena anda sudah mulai berhijab
Yang mana yang lebih mudah? It's your choice.




 Mungkin saya masih terkesan subjektif. Namun, inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah jiks suatu kebaikan dilakukan dengan niat yang sebenar-benarnya, kebaikan ini akan menggiring kepada kebaikan lainnya. Jika seorang yang belum berhijab namun benar-benar berakhlak mulia kepada sesama lillahi ta'ala, tentulah dia akan lebih berakhlak mulia kepada dirinya sendiri. Menjaga kesucian, kehormatan, martabat, dan wibawa dirinya dengan cara yang telah Allah SWT tunjukkan. Terlebih lagi, setelah ini, kita dapat memulai memperbaiki diri, menunaikan kewajiban-kewajiban yang belum terpenuhi, ketimbang membanding-bandingkan mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Termasuk saya, hehehe. 



Semoga bermanfaat! No offense! Peace!



!!! Apabilah ada kesamaan tokoh hanyalah kebetulan semata. Tidak ada unsur kesengajaan karena namanya diambil dari tokoh di film The Cars.